Indramayu, Jawa Barat Sergap.live – Pondok Pesantren Al-Zaytun mendapat apresiasi dari Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA, atas sistem pengelolaan dapurnya yang profesional dan modern.
Dapur ini dianggap sebagai contoh ideal dalam penyediaan makanan bergizi dalam skala besar dan layak menjadi referensi bagi Program Dapur Makan Bergizi Gratis (Dapur MBG) yang digagas pemerintah.
Dalam kunjungannya, Wilson Lalengke menyoroti bagaimana dapur Ponpes Al-Zaytun telah menerapkan sistem pengelolaan yang efisien, higienis, dan terorganisir dengan baik.
Dalam sebuah video yang dirilis di YouTube oleh akun @LognewsTV berjudul “Makanan Bergizi AL ZAYTUN 5,4 TON BERAS PREMIUM PER TIGA HARI”, terlihat bagaimana dapur ini mampu memasak lebih dari 8.000 porsi makanan per hari yang disajikan tiga kali sehari, termasuk makanan ringan bagi santri dan civitas akademika.
“Pengelolaan dapur ini sangat luar biasa, menggunakan teknologi modern dan menerapkan standar kebersihan tinggi. Sistem ini layak menjadi referensi bagi program pemerintah dalam penyediaan makanan bergizi gratis,” ujar Wilson Lalengke, Senin (10/2/2025).
Salah satu keunggulan dapur Ponpes Al-Zaytun adalah kemandirian dalam penyediaan bahan pangan. Pesantren ini mengelola 1.500 hektar lahan yang menghasilkan berbagai bahan makanan seperti padi, sayuran, buah-buahan, serta peternakan ikan, kambing, ayam, sapi, dan kerbau. Dengan sistem ini, kualitas pangan dapat dikontrol sepenuhnya tanpa tergantung pasokan dari luar.
Manajemen stok bahan baku yang efisien, memastikan ketersediaan bahan berkualitas secara berkelanjutan.
Proses memasak higienis dan modern, menggunakan peralatan canggih dan tenaga kerja terlatih.
Distribusi makanan yang efektif, menjamin setiap santri mendapat porsi makanan seimbang.
Program Dapur Makan Bergizi Gratis (Dapur MBG) yang dikelola oleh Badan Gizi Nasional (BGN) di bawah Presiden Prabowo Subianto bertujuan menyediakan makanan sehat bagi anak-anak, ibu hamil, dan masyarakat rentan.
Model pengelolaan dapur Ponpes Al-Zaytun dapat menjadi contoh dalam penerapan program ini secara nasional.
Kesuksesan dapur ini membuktikan bahwa penyediaan makanan dalam jumlah besar dapat dilakukan tanpa mengorbankan kualitas dan gizi.
Apresiasi dari PPWI semakin menegaskan bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga inovasi dalam manajemen sumber daya yang bermanfaat luas.
Semoga inspirasi dari Ponpes Al-Zaytun ini dapat diterapkan dalam berbagai program sosial di Indonesia, terutama untuk menekan angka kekurangan gizi dan memberikan akses makanan sehat bagi masyarakat.
(Red)