
Pangandaran, Sergap.live – Di tengah gelombang demonstrasi yang menggema di pusat kota Pangandaran, Bupati Citra Pitriyami menunjukkan sikap yang jarang terlihat dari seorang kepala daerah: ia turun langsung menemui massa. Di bawah terik mentari dan asap dari ban terbakar, Citra berdiri, berharap pada satu hal sederhana – dialog.
Namun harapan itu tak sepenuhnya bersambut. “Saya turun, berdiri di tengah-tengah mereka. Tapi tidak diberi ruang sedikit pun untuk menjelaskan apa yang sudah kami lakukan,” ujar Citra saat diwawancarai usai aksi.
Ia mengaku sempat mencoba beberapa kali mendekat, namun kerumunan yang terus berorasi tak memberinya kesempatan untuk bicara. “Kalau niatnya ingin berdialog, mari kita saling mendengarkan. Jangan hanya satu arah,” tegasnya, tetap dengan nada tenang.
Citra lantas mengingatkan publik bahwa ekspektasi berlebihan dalam waktu singkat sering kali menimbulkan ketimpangan penilaian. Ia pun mengutip pernyataan Menteri Pertahanan sekaligus Presiden Terpilih Prabowo Subianto dalam pidato 15 Februari 2025: “Dari mana tradisi kinerja 100 hari? Siapa dapat rapor? Orang sekolah dasar saja nggak 100 hari, kok.”
Meski begitu, Citra tidak menampik bahwa aspirasi warga adalah elemen penting dalam demokrasi. Ia bahkan menyampaikan apresiasi kepada para peserta aksi. “Saya melihat ini sebagai wujud kepedulian masyarakat. Tapi mari kita kedepankan cara-cara yang adil, terbuka, dan demokratis,” ujarnya Senin 2/6/25.
Selama 100 hari masa awal kepemimpinannya bersama Wakil Bupati Ino Supriyadi, berbagai capaian telah mulai terlihat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pangandaran menembus angka Rp9 miliar – lonjakan signifikan yang dihasilkan dari pembenahan sistem retribusi dan pengawasan terhadap kebocoran pendapatan.
Selain itu, salah satu langkah berani yang mendapat sorotan luas adalah pembasmian praktik premanisme di sektor pariwisata. Citra tak ragu mengambil risiko untuk menertibkan kawasan wisata demi kepastian hukum dan kenyamanan pengunjung. Keputusan ini menuai pujian, khususnya dari Persatuan Umat Islam dan sejumlah elemen masyarakat.
Tak berhenti di situ, Pemerintah Kabupaten Pangandaran kini sedang menyiapkan dua program transformasional: “Pendidikan Karakter Melesat” dan “Layanan Kesehatan Melesat.” Keduanya merupakan wujud janji kampanye yang kini mulai diterjemahkan dalam program konkret.
“Kami tidak ingin sekadar jadi pemimpin yang pandai berjanji. Kami ingin rakyat melihat hasil, bukan hanya retorika,” jelas Citra.
Ia menegaskan, 100 hari bukanlah waktu yang cukup untuk menyelesaikan segala persoalan, tetapi cukup untuk melihat ke arah mana kapal ini berlayar. Kritik, katanya, adalah nutrisi demokrasi. Namun penilaian juga harus proporsional dan objektif.
“Jangan ukur niat dan kerja keras dengan ukuran waktu yang sempit. Kami tidak sedang membangun pencitraan. Kami sedang bekerja,” tegas Citra, sebelum akhirnya menutup keterangannya.
Bupati perempuan pertama di Pangandaran itu menegaskan, bahwa sejarah kepemimpinan yang kuat tidak lahir dari keheningan, tetapi dari keberanian untuk mendengar – sekaligus keberanian untuk berdiri dan menjawab.
(Red)