Pangandaran, Sergap.live – Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) STITNU Al Farabi Pangandaran, Predi Supriadi, mengajak seluruh elemen masyarakat dan instansi pemerintahan di Kabupaten Pangandaran untuk mengadakan ruang refleksi dan diskusi terbuka maupun internal dalam rangka memperingati peristiwa kelam Gerakan 30 September (G30S PKI).
Ajakan ini disampaikan Predi sebagai bagian dari komitmen PMII dalam menjaga intelektualitas dan spiritualitas, sekaligus menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan kebangsaan demi terciptanya stabilitas nasional, keamanan, kedamaian, serta kesejahteraan.
Predi menyoroti dampak multi-dimensi dari peristiwa G30S PKI yang meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia. Ia membedahnya melalui tiga sudut pandang utama:
Peristiwa ini memicu inflasi, kemiskinan, dan ketidakstabilan ekonomi. Predi juga menilai kebijakan ekonomi liberal-kapitalistik pasca-G30S menciptakan ketergantungan pada modal asing yang masih terasa hingga kini.
Dampak sosial ditandai dengan jatuhnya korban jiwa serta terpecah belahnya masyarakat antara pendukung Soekarno dan Soeharto.
Kondisi ini memengaruhi kohesi sosial dan melunturkan nilai-nilai Pancasila, khususnya tentang kemanusiaan, persatuan, keadilan, dan kesejahteraan.
Secara politik, G30S PKI melahirkan pergantian kepemimpinan dari Soekarno ke Soeharto. Konsolidasi kekuasaan yang dilakukan Soeharto dinilai mencederai semangat Pasal 28 UUD 1945 tentang kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
Predi menegaskan bahwa sejarah kelam ini harus menjadi catatan penting sekaligus ruang refleksi bersama.
“PMII, dengan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan persatuan, berkomitmen untuk terus menghidupkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan kebangsaan,” ujar Predi Selasa 30/9/25.
Mengutip pemikiran filsuf Jerman Immanuel Kant, ia menekankan bahwa pengalaman sejarah perlu diolah oleh akal budi melalui proses yang disebut sintesis transendental, agar menjadi pengetahuan yang bermakna.
“Maka dari itu, dalam hari peringatan ini, saya mengajak seluruh elemen di Pangandaran untuk mengadakan ruang refleksi dan berdiskusi,” tegasnya.
Predi berharap, upaya ini dapat membuka cakrawala pemikiran, menambah pengetahuan, dan memetik pembelajaran yang pada akhirnya menumbuhkan kesadaran serta kecintaan terhadap kemajuan Pangandaran khususnya, dan Indonesia umumnya.
“Sebagaimana kata Kant, pengalaman adalah pengetahuan yang timbul dari pengamatan yang sadar. Dengan refleksi yang sadar, kita bisa memastikan stabilitas nasional dan nilai-nilai Pancasila terus terjaga,” tutup Predi Supriadi.
(Red-@BD)


