
Pangandaran Sergap.live – Ronggeng Gunung merupakan salah satu kesenian tradisional khas Pangandaran yang hingga kini masih bertahan sebagai bagian dari warisan budaya lokal.
Kesenian ini bukan sekadar pertunjukan tari, tetapi memiliki akar sejarah yang kuat, berawal dari masa kejayaan Kerajaan Pananjung (Galuh Pangauban) dan perjuangan Dewi Rengganis dalam membalas dendam atas kematian suaminya, Raden Anggalarang.
Asal-usul Ronggeng Gunung.
Pada zaman dahulu, Pangandaran dikenal sebagai Kerajaan Pananjung, yang dipimpin oleh Raden Anggalarang, seorang putra mahkota dari Kerajaan Galuh.
Ia menikahi Dewi Rengganis, seorang putri dari Pananjung. Di bawah kepemimpinannya, kerajaan ini berkembang pesat dalam sektor pertanian dan perikanan.
Namun, kemakmuran ini mengundang ancaman dari kelompok perompak laut yang dipimpin oleh Kala Samudra, seorang begal atau bajak laut yang ganas. Dalam sebuah serangan, Raden Anggalarang tewas (perlayaan) di tangan Bajo Laut, meninggalkan kesedihan mendalam bagi Dewi Rengganis.
Dewi Rengganis kemudian merencanakan balas dendam terhadap Bajo Laut. Ia menciptakan sebuah pagelaran seni yang dapat menarik perhatian masyarakat, termasuk para bajak laut. Di sinilah Ronggeng Gunung lahir, bukan hanya sebagai tarian hiburan, tetapi juga sebagai strategi penyamaran dan perlawanan terhadap musuh.
Keunikan Ronggeng Gunung.
Ronggeng Gunung memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan kesenian ronggeng lainnya.
Tarian ini tidak hanya menampilkan gerakan tari biasa, tetapi juga dipadukan dengan pencak silat. Para penari membawa golok di pinggang dan tubuh mereka tertutupi sarung dari kepala hingga kaki, sebagai bentuk penyamaran dalam rencana balas dendam.
Melalui pagelaran ini, Dewi Rengganis berhasil menarik perhatian musuh. Saat mereka lengah dan menikmati pertunjukan, para pejuang kerajaan yang menyamar sebagai penari pun melancarkan serangan terhadap Bajo Laut dan kelompoknya.
Ronggeng Gunung sebagai Warisan Budaya. Seiring berjalannya waktu, Ronggeng Gunung tetap lestari sebagai bagian dari budaya masyarakat Pangandaran.
Kini, kesenian ini tidak lagi digunakan sebagai strategi perang, tetapi lebih sebagai simbol keberanian, kekuatan, dan keluhuran budaya masyarakat Sunda, khususnya di Pangandaran.
Pagelaran Ronggeng Gunung sering dipertunjukkan dalam berbagai acara adat dan festival budaya di Pangandaran.
Keberadaannya menjadi bukti bahwa seni bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki nilai sejarah, perjuangan, dan identitas suatu daerah.
Ronggeng Gunung bukan sekadar seni tari, tetapi memiliki makna mendalam dalam sejarah Pangandaran. Dari awalnya sebagai alat strategi perang dan balas dendam Dewi Rengganis, kini kesenian ini menjadi salah satu warisan budaya yang harus terus dijaga dan dilestarikan.
(Red)