
Pangandaran, Sergap.live – Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) STITNU Al Farabi Pangandaran kembali menyelenggarakan Sekolah Islam Gender (SIG) ke-IV dengan mengusung tema “Meneguhkan Gerakan Perempuan dalam Kepemimpinan untuk Keadilan Tanpa Bias Gender”. Kegiatan berlangsung selama tiga hari, mulai 13 hingga 15 Juni 2025, bertempat di Gedung Muslimat NU Cijulang, Kabupaten Pangandaran.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh jajaran pengurus Komisariat STITNU Al Farabi Pangandaran, Ketua KOPRI STITNU, serta perwakilan dari Pengurus Cabang PMII Ciamis-Pangandaran.
Ketua panitia SIG IV, Halimatussa’diyah, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin perempuan yang berintegritas, berdaya saing, dan mampu berkontribusi aktif dalam berbagai sektor kehidupan, baik sosial, politik, maupun keagamaan.
“KOPRI memiliki tanggung jawab untuk menciptakan ruang aman dan setara bagi perempuan, agar potensi mereka bisa berkembang secara maksimal. Kita ingin memastikan keadilan tanpa bias gender, dan menghapus stigma sosial yang masih menghambat perempuan,” ungkap Halimatussa’diyah.
Ia juga menekankan bahwa semangat kesetaraan gender di tubuh PMII, khususnya KOPRI, tetap berpijak pada nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) an-Nahdliyah.
“Gerakan feminisme dalam PMII tidak boleh kebablasan ke kiri ataupun terlalu konservatif ke kanan. Harus tetap moderat dan bergerak dalam koridor nilai-nilai ke-NU-an dan ke-PMII-an,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua KOPRI STITNU Al Farabi Pangandaran, Nova Merisa, menyampaikan bahwa SIG merupakan program kaderisasi wajib bagi setiap kader putri PMII. Melalui forum ini, diharapkan lahir generasi perempuan yang memiliki kesadaran kritis terhadap isu-isu gender dan siap menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.
“SIG adalah ruang pembelajaran dan penguatan nilai-nilai keadilan. Dari sini kita ingin membangun lingkungan yang lebih inklusif dan berkeadilan untuk semua gender, serta mendorong keterlibatan aktif perempuan dalam proses kepemimpinan,” jelas Nova.
Ia juga berpesan agar semangat kebersamaan dan solidaritas yang terbentuk selama SIG dapat terus dijaga. Menurutnya, keberhasilan organisasi tidak bisa dicapai hanya dengan satu kelompok, melainkan dengan kolaborasi antara kader laki-laki dan perempuan.
“Pasca SIG, saya berharap peserta tetap berproses dan menjaga semangat perjuangan di PMII. Kita perlu terus bersinergi, baik dalam menyelesaikan persoalan internal organisasi maupun menjawab tantangan sosial di luar. Inilah semangat gerakan yang inklusif dan transformatif,” pungkasnya.
(Red-@BD)