
Ciamis, SERGAP.live – Dari balik jeruji besi, kreativitas tak pernah surut. Muhammad Ijudin Rahmat, narapidana yang lebih dikenal sebagai Kang Zudin, kembali menunjukkan eksistensinya di dunia literasi.
Setelah mencetak rekor menulis 50 lagu dalam satu bulan, kini ia menuntaskan karya terbarunya berupa novel berjudul “The Last Corruptor” (Koruptor Terakhir), yang dijadwalkan diluncurkan pada 1 September 2025 bertepatan dengan Hari Menulis Sedunia.
Novel ini mengangkat kisah seorang presiden yang, setelah dilantik, menyadari bahwa hampir seluruh pejabat di pemerintahannya terlibat korupsi.
Tak hanya itu, fenomena amoral seperti praktik pembelian perempuan muda oleh para pejabat pun turut menjadi sorotan.
Cerita berbalik arah saat sang presiden bertemu dengan seorang gadis lugu dan salehah bernama Almahira. Keinginan Almahira untuk dinikahi secara sah sebelum menjalani hubungan intim justru menjadi titik balik yang menggugah nurani sang presiden.
Dari situ, ia bertekad membersihkan pemerintahannya dari korupsi, mulai dari memerintahkan KPK menangkap para menteri hingga menyerahkan diri bersama wakil presiden untuk mempertanggungjawabkan kelalaian hukum yang telah terjadi.
Intrik politik, konflik rumah tangga, hingga drama persidangan menjadi bumbu yang memperkaya jalan cerita.
Novel ini juga menampilkan dinamika hubungan presiden dengan Almahira sebagai benang merah emosional dalam kisah.
Moch Bambang dari penerbit PT Bhayangkara Utama membenarkan bahwa pihaknya telah meneken kontrak dengan Kang Zudin untuk menerbitkan dua karya novel pada 2025 ini, yakni The Last Corruptor dan The Advokat.
“Untuk The Last Corruptor, sudah rampung dan sedang dalam tahap editing. Insyaallah akan kami launching 1 September 2025 di Lapas Ciamis, bersamaan dengan pameran karya tulis Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP),” ujar Bambang.
Sementara novel kedua, The Advokat, mengangkat kisah nyata hidup Kang Zudin sebagai pengacara yang membela masyarakat hingga harus mendekam di balik jeruji.
Cerita ini diyakini akan memberikan inspirasi besar bagi para penegak hukum dan masyarakat luas, mengingat sepak terjang Kang Zudin dalam menangani kasus-kasus sengketa lahan yang sempat viral di berbagai media, termasuk perselisihan dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2016.
Sebelumnya, Kang Zudin juga pernah dikenal melalui novel Ketika Cinta Jatuh Cinta pada tahun 2014.
Di dunia musik dan hukum, ia dikenal sebagai sosok yang aktif dan konsisten memperjuangkan keadilan.
Meskipun berada di dalam Lapas, karya Kang Zudin tetap hidup dan berkembang. Naskah-naskah novelnya dikirim dalam bentuk tulisan tangan yang kemudian diedit oleh tim penerbit.
Pihak penerbit optimistis The Last Corruptor akan tersedia di toko buku seluruh Indonesia pada jadwal yang telah ditetapkan.
(Red-@MIR)